Objek wisata Sabang anggun, tapi kurang solek
Kota Sabang memang tak asing lagi karena selalu disebut-sebut seluruh rakyat Indonesia sebagai perekat pemersatu bangsa yaitu dari Sabang sampai Merauke. Sabang sebuah pulau kecil mungil dan anggun. Luasnya hanya 153 km2 terdiri dari Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan Pulau Rondo. Panorama teluk Sabang amat indah dan menakjubkan bagi setiap wisatawan yang melihatnya.
Apalagi pemandangan ketika sore hari matahari terbenam di ufuk barat. Biasanya wisatawan domestik dan mancanegara sering menyaksikan pemandangan terbenamnya matahari di lokasi rekreasi Sabang Fair. Sambil minum secangkir kopi sore dan makan goreng pisang memang asyik membuang suntuk ke laut.
Keanggunan dan indahnya panorama teluk Sabang bagaikan gadis desa yang masih perawan. Belum ada investor atau pengusaha lokal yang mau menjamahnya, misalnya menyediakan fasilitas selancar angin, kereta gantung, ski air, atau apa saja yang bisa dikomersilkan untuk kepentingan wisata bahari.
Menyambut tahun persaudaraan dan investasi tahun 2010 dalam rangka menyambut Visit Aceh Year, instansi terkait harus berbenah diri. Pemko Sabang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang seyogyanya segera bersiap-siap menjadi destinasi pariwisata dan mempersiapkan diri agar terwujudnya ‘Sapta Pesona’ yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan serta memberikan penyadaran kepada masyarakat setempat agar sadar wisata.
Mengapa harus sadar wisata? Seperti penulis lansir di atas, Sabang berpotensi di bidang wisata baik wisata bahari, wisata pantai, wisata alam, wisata sejarah dan wisata spiritual. Mengingat potensi wisatanya merupakan sektor unggulan, maka perlu masyarakat menangkap peluang pasar menggalakkan aktifitas wisata.
Apa yang harus dilakukan masyarakat ?. Sebagai pelaku wisata harus mampu mengelola objek wisata pantai yang menarik, mendirikan bungalow yang representative, restoran yang mencukupi standar menu. Menjaga lingkungan agar tetap bersih, nyaman, tertib, sejuk, menyediakan souvenir, membiasakan diri melayani tamu dengan senyum dan ramah yang akhirnya akan menjadi kenangan bagi setiap pengunjung.
Belum dikelola dengan baik
Ada beberapa objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan, seperti air terjun Pria Laot. Untuk menuju objek wisata ini bisa dengan menggunakan mobil angkutan umum, bisa juga dengan merental mobil atau sepeda motor. Jarak dari pusat kota Sabang sekitar 7 km. Objek wisata ini belum dikelola dengan baik, sehingga kesannya tidak ada kepedulian dari pihak Pemko Sabang atau instansi terkait, padahal kalau dikelola dengan baik akan menghasilkan PAD Pendapatan Asli Daerah) bagi kota kecil ini.
Demikian pula sumber air panas Kenekai, sejak zaman dahulu tahun 1960-an, 1970-an ramai dikunjungi masyarakat lokal dan masyarakat daratan Aceh. Air panas yang bersumber dari gunung belerang menurut keyakinan masyarakat setempat bisa menyembuhkan penyakit kulit.
Beberapa tahun terakhir ini memang sudah direhabilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabang, tapi kurannya sempit dan belum dikelola dengan profesional, apalagi kolam renang air panas ini terbuka untuk umum. Belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung dan penunjang lainnya.
Kalau dikelola dengan baik objek wisata ini juga akan menghasilkan rupiah bagi menggemukkan PAD, tapi sayang belum mengarah ke sana. Mengapa ?. Ada lagi objek wisata kolam renang Aneuk Laot. Fasilitasnya sudah memadai tapi tidak ada perawatan.
Dibangun sebelum gempa bumi dan tsunami dengan dana APBD Tk.I Aceh. Ketika gempa bumi akhir tahun 2004 yang berlanjut dengan tsunami, objek wisata ini hancur, kolamnya retak-retak hingga kini belum direhab rekonstruksi. Siapa yang bertanggung jawab terhadap kolam renang ini, Pemko Sabang atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh?
Yang pasti lokasi objek kolam renang ini berada di Kota Sabang, yang paling bertanggung jawab adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabang. Lalu mengapa tidak ada kepedulian untuk melakukan rehabrekonstruksi pasca gempa bumi dan tsunami. Sepertinya tidak satupun lembaga yang peduli dengan fasilitas ini, kondisi saat ini sangat memprihatinkan, di dalam dan luar komplek kolam renang ditumbuhi semak belukar, seperti bangunan tidak bertuan.
Objek wisata bahari juga perlu adanya sentuhan tangan dingin investor menyambut Visit Aceh Year dan menyongsong Visit Indonesia Year. Sepertu penulis lansirkan di atas, fasilitas, sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang aktifitas pariwisata bahari belum memadai. Pemko Sabang (Disbudpar) bersama legislatif harus fokus mengalokasikan anggaran secukupnya untuk sektor pariwisata.
Kunjungan Wisata Rendah
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabang, Drs. Helmy Ali, MM mengatakan, Kota Sabang memiliki potensi sumber daya besar untuk membangun pariwisata. Potensi itu terdiri atas letak geografis, SDA dan SDM. Secara kultural tidak mengalami kendala dalam pembangunan sektor kepariwisataan karena masyarakat telah terbiasa dengan
pendatang (turis mancanegara).
Tahun 1980-an, Dinas Pariwisata Aceh menetapkan Sabang sebagai salah satu destinasi pariwisata penting di Aceh. Akan tetapi karena berbagai hal, harapan tersebut belum dapat terealisasi secara optimal hingga kini. Institusi yang menangani bidang wisata ini memprediksi pasar wisata Sabang berdasarkan jalur perjalanan. Seperti rute Yachts dan Cruise Eropa – Maladewa – Bangkok (Thailand) – Phuket – Langkawi/Penang – Sabang. China – Jepang- Singapura – Penang/Langkawi – Bangkok (Phuket) – Sabang. Darwin – Bali – Sabang – Penang/Langkawi/Phuket.
Rute perjalanan wisatawan Eropa:
Eropa – Bangkok (Thailand) – Laos, Vietnam, Kamboja – Phuket, Krabi, Koh Samu, Koh Tao – Langkawi, Penang, Perhentian – Banda Aceh – Sabang.
Rute perjalanan Back Packers: Negara asal – Thailand, Penang atau Bali, Jakarta – Medan – Banda Aceh/ Brastagi – Kutacane/Blang Kejeren/ Takengon/Banda Aceh – Sabang.
Helmy Ali mengatakan, jumlah kunjungan wisata ke sabang masih rendah tahun 2008 yaitu sebanyak 3.175 orang wisata mancanegara dan 118.008 orang wisatawan nusantara. Rendahnya arus kunjungan wisata disebabkan antara lain, mutu sarana dan prasarana masih rendah, mutu dan jumlah akomodasi masih rendah, mutu dan jumlah restoran atau rumah makan masih rendah, kondisi objek wisiata dan daya tarik wisata belum tertata dengan baik.
Atraksi wisata seperti event-event budaya dan event hiburan belum terorganisir dengan baik. Acara/sarana hiburan dan rekreasi belum ada. Untuk memoles wajah wisata Sabang agar lebih menarik dan disenangi pengunjung, Disbudpar Sabang mempunyai strategi yang jitu antara lain menggerakkan semua potensi Sumber Daya Pariwisata untuk berbagai jenis pariwisata (leasure/ liburan), business, health, VFR, Sports, Culture, Study, Marine, dengan tidak mengorbankan nilai-nilai agama, budaya, adat istiadat dan lingkungan hidup.
Menggerakkan segenap pelaku pariwisata (pemerintah, pengusaha dan masyarakat) untuk berperan aktif dalam setiap aktivitas pembangunan pariwisata secara serius, profesional dan penuh rasa tanggung jawab. Menggerakkan langkah pembangunan pariwisata dengan mempedomani dan mengacu pada kebijakan umum pembangunan pariwisata Sabang dan TR/RW Kota Sabang.
Untuk membangun sektor pariwisata Sabang perlu adanya program yang sinerji antara Pemerintah Kota Sabang dengan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), sehingga tidak terkesan tumpang tindih atau saling mengharap. Peranan swasta juga sangat diharapkan untuk membangun berbagai fasilitas dan sarana ekonomi wisata, melakukan aktivitas bisnis, investasi, pengembangan usaha dan pemasaran dengan tujuan menggerakkan aktifitas bisnis dunia usaha pariwisata sehingga terbuka peluang ekonomi.
Lalu peranan masyarakat apa? Peran masyarakat menciptakan nuansa Sapta Pesona dalam kehidupan dan lingkungan, memupuk nilai-nilai sadar wisata, mewujudkan rasa keamanan dan ketertiban dalam masyarakat serta memanfaatkan momen/peluang usaha di bidang pariwisata dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga.
Program Berkelanjutan
Membangun sektor unggulan di bidang Pariwisata memerlukan perhatian khusus (fokus) dan adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Sabang (eksekutif dan legislatif) bersama dengan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS). Kedua lembaga penting ini perlu duduk rembuk, mana porsi Pemko Sabang dan BPKS.
BPKS sebagai lembaga untuk menggerakkan roda perekonomian Sabang diharapkan menjadi lokomotif pembangunan Sabang. Sebab BPKS sesuai wewenangnya yang tertuang dalam UU No. 37 tahun 2000 melaksanakan aktivitas ekonomi di sektor pelabuhan, sektor pariwisata, perdagangan, industri dan perikanan.
BPKS dengan kekuatan investasi yang bersumber dari APBN merupakan modal dasar untuk membangun berbagai insfrastruktur untuk menunjang berbagai sektor unggulan tadi. Disamping itu BPKS diberikan wewenang mencari investor untuk menanamkan investasinya di berbagai sektor.
Sementara Pemko Sabang menyiapkan perangkat hukum, melakukan regulasi di bidang peraturan perundang-undangan, memberikan kemudahan, menyediakan lahan, melakukan promosi, mencip-takan keamanan yang kondusif bagi investasi.
Dengan menerapkan sistem pola pembangunan seperti itu maka program pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism Development Program) dapat dilaksanakan dengan baik yaitu pembangunan pariwisata dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Karena potensi wisata Sabang amat dominan, maka peranan masyarakat sangat tinggi melibatkan diri dalam dunia usaha bisnis pariwisata. Ba-gaimana caranya menciptakan suasana yang menyenangkan bagi kunjungan wisata sehingga mereka betah tinggal berlama-lama di kawasan wisata Sabang.
Kalau wisatawan berlama-lama tinggal di kawasan wisata Sabang akan ber-dampak positif bagi dunia bisnis pariwisata seperti akomodasi (hotel,bungalow), transportasi (darat dan laut), rumah makan, warung souvenir, warung makanan, warung internet, pemandu wisata.
Mereka akan meninggalkan rupiah mungkin dollar di kawasan wisata Sabang, dengan demikian perputaran uang di lokasi wisata akan bertambah banyak yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Komentar